Kamis, 25 Juli 2013

Permata di tengah Lumpur

Rasanya memang membanggakan kalau dibilang hebat, entah seberapa banyak kehebatan kita tapi yang pasti orang sekeliling menyebut seperti itu. Tidak sulit mencari orang hebat terutama di lingkungan kelurahan atau lingkungan yang lebih sempit karena cukup dengan proses seleksi dapat menjaring orang-orang hebat tersebut. Ibarat permata, lebih mudah mencarinya ditengah lumpur dibanding mencarinya ditengah tumpukan permata yang lain. Bahkan pada jaman penjajahan, kondisi ini sudah banyak ditemukan. Ahli-ahli strategi bermunculan dilingkup daerah. Mereka adalah permata yang kemudian membuat gebrakan sehingga diri mereka bisa lebih kenal dibanding orang orang yang lain.

Permata ditengah lumpur, istilah ini saya gunakan untuk menggambarkan segelintir orang-orang cerdas dan hebat yang namanya mentereng di wilayah masing-masing. Mereka bahkan menjadi panutan dan tidak tanggung-tanggung orang-orang turut pada apa yang diucapkan.

Tapi tahukah kita kehidupan di luar dimana sekumpulan orang-orang hebat bergelut??? Rasanya tidak adil kalau membanding-bandingkan hebatnya orang tadi dengan hebatnya orang di kabupaten atau bahkan provinsi dan Nasional yang mungkin lebih hebat dari yang didesa tadi. Kesulitan kemudian muncul untuk mengingat dan mengenang jasa dari mereka yang selangit dibanding kontribusi permata desa yang mungkin saja hanya sekelumit.

Analogi kembali saya gunakan pada saat jaman penjajahan. Permata dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan daerah-daerah lain yang saya tidak sebutkan bersatu membentuk tumpukan permata yang kemudian memberikan perubahan pada tatanan negeri ini sehingga perubahan itu secara nyata dapat kita rasakan hingga saat ini. Pertanyaannya, Siapakah permata yang dengan ideologinya mempersatukan permata-permata dari daerah untuk membentuk tumpukan permata???  Seberapa Hebatkah mereka itu yang dibatasi dengan teknologi??? Apakah tidak bisa terulang di tengah hiruk-pikuk masalah yang menimpa negeri ini???

Tapi satu hal yang perlu di ingat. Lebih baik memnjadi permata di tengah lumpur tapi permata itu akan abadi daripada menjadi permata di tumpukan permata yang lambat laun akan jadi lumpur. Kita bisa belajar dari beberapa politisi yang terjerat kasus. Dulunya mereka adalah permata tapi sekarang masihkah kita mau menyebut seperti itu?

Semua kembali pada individu masing-masing untuk menempatkan diri pada kondisi yang mana, Permata di tengah lumpur atau permata di tengah permata.